Biografi Zakiah Daradjat


oleh: Fatihul Afham

Zakiah Daradjat dilahirkan di Nagari Kotomarapak, Kecamatan Ampek Angkek, Kotamadya Bukittinggi Sumatera Barat, 6 November 1929. Ayahnya, Haji Daradjat Husain merupakan aktivis organisasi Muhammadiyah dan ibunya, Rafi'ah aktif di Sarekat Islam. Ia merupakan anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan tersebut.[1] Selain dekat dengan kedua orang tuanya, Zakiah juga dekat dengan bibinya (adik kandung dari ibunya) yang bernama Rawansjah. Kakeknya adalah seorang pejabat pemerintahan bernama Husein. Seorang ambtenaar yang memangku jabatan Angku Kapalo Nagari dan ninik mamak di Lambah Tigo Patah, Ampek Angkek, Canduang. Walaupun bukan dari keluarga ulama, Zakiah dibesarkan di tengah keluarga yang berselimutkan nilai agama dan adat yang kuat dan kental.[2]
Dengan suasana kampung yang religius, Zakiah Daradjat telah ditempa pendidikan agama dan dasar keimanan yang kuat. Sejak kecil, ia sudah dibiasakan oleh ibunya untuk menghadiri pengajian-pengajian agama.[3]
Menjelang akhir hayatnya, pada usia 80 tahun ia masih aktif mengajar karena langkanya dosen dalam disiplin ilmu yang dikuasai Zakiah. Baru pada usia 82 tahun, Zakiah tidak mengajar lagi. Zakiah Daradjat wafat pada usia 83 tahun pada hari Selasa tanggal 15 Januari 2013 sekitar pukul 09.00 WIB di Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.[4]

Masa kanak-kanak dan remaja Zakiah lebih banyak menghabiskan waktu berkutat dengan buku untuk belajar. Sejak balita, Zakiah sudah terbiasa ikut pengajian dan mendengar ceramah bibinya. Pengalaman ini secara tidak langsung telah memupuk bakatnya berbicara di depan banyak orang di usia belia. Pola pikir Zakiah muda banyak dipengaruhi oleh kakek, bapak dan bibinya. Tiga perpaduan karakter inilah yang kelak mewarnai perjalanan hidupnya.[5]
Pada usia enam tahun, Zakiah sudah mulai memasuki sekolah. Pagi ia belajar di Standard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah, sementara sorenya belajar lagi di sekolah Diniyah (Sekolah Dasar khusus agama). Semasa sekolah ia memperlihatkan minat cukup besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan agama.[6] Setelah tamat sekolah dasar, Zakiah melanjutkan sekolahnya ke SMP. Dan belum lulus SMP, ia sudah meneruskan sekolahnya di Kulliyatul Muballighat yang didirikan oleh Muhammadiyah di Padang Panjang. Di Kulliyatul Muballighat inilah Zakiah bertemu dengan Buya Hamka[7] sebagai pengajar dan gurunya.[8]
Selulusnya dari Kulliyatul Muballighat, Zakiah sempat meneruskan pendidikannya ke Sekolah Asisten Apoteker (SAA) di Bukittinggi. Baru beberapa bulan duduk di bangku SAA, dengan terpaksa sekolah tersebut ditutup sebab terjadi Clash I11. Karena belum ada kepastian SAA dibuka kembali, atas saran bibinya, Zakiah mendaftar ke SMA di Birugo, Bukittinggi.[9] Pada tahun 1951, ia menamatkan pendidikannya di SMA. Setelah itu, ia memutuskan meninggalkan kampung halamannya untuk melanjutkan studinya ke Yogyakarta. Di Yogyakarta, ia mendaftar pada dua perguruan tinggi dengan fakultas yang berbeda, yaitu Fakultas Tarbiyah pada Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta dan Fakultas Hukum pada Universitas Islam Indonesia (UII). Meskipun ia diterima di kedua Fakultas tersebut, ia akhirnya hanya memilih mengambil Fakultas Tarbiyah PTAIN Yogyakarta atas saran dari dosennya.[10]
Setelah mencapai tingkat doktoral satu (BA), ia mendapat tawaran beasiswa dari Departemen Agama untuk melanjutkan pendidikan ke Mesir.[11] Di Mesir ia mengambil diploma program spesialisasi pendidikan yang ditempuhnya selama satu tahun pada Universitas A’in Syam. Lalu menlanjutkan jenjang S-2 nya pada bidang studi Kesehatan Jiwa Pada Remaja dan Anak-Anak.[12] Ia memperoleh gelar Magister (MA) pada tahun 1959 dengan tesis Problematika Remaja di Indonesia dengan spealisasi Mental Hyhiene.[13]
Tidak seperti teman-teman seangkatannya dari Indonesia, setelah menyelesaikan program S-2, Zakiah tidak langsung pulang. Ia justru malah melanjutkan studinya program S-3 di universitas yang sama.[14] Ketika menempuh program S-3, kesibukan Zakiah tidak hanya belajar, tetapi juga mengajar bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Bahasa Universitas A’in Syam. Ia melanjutkan kuliah S-3 nya dengan uang tabungannya sendiri karena tidak ada lagi beasiswa dari Departemen Agama.[15] Pada tahun 1964, dengan disertasi tentang “Perawatan Jiwa Untuk Anak-Anak,” ia berhasil meraih gelar doktornya dalam bidang psikologi dengan spesialisasi psikoterapi dari Universitas A’in Syam. Dan menjadikannya Doktor Psikolog perempuan pertama di Indonesia.[16]
Selama di Mesir, Zakiah juga sempat mengikuti kursus bahasa Inggris dan Prancis. Keinginan dan ketekunannya membuahkan hasil. Ia bisa menguasai tiga bahasa asing, Arab, Inggris dan Prancis. Kemampuannya menguasai tiga bahasa asing ini, pada akhirnya menunjang karirnya dengan mulus dan mewakili Indonesia dalam berbagai seminar internasional di berbagai negara.[17] Selain itu, Zakiah juga sempat berlatih praktik konsultasi psikologi pada klinik kesehatan mental di rumah sakit El-Demerdash yang berada di area kampus.[18] Sewindu lebih Zakiah bermukim di Mesir, dari tahun 1956 sampai dengan 1964, tepatnya 8,5 tahun sebelum akhirnya kembali ke Indonesia.[19]

2.1.Tabel Jenjang Pendidikan Zakiah Daradjat
Tahun
Jenjang Pendidikan
1936 – 1942
Sekolah Dasar
1942 – 1944
SMP
1944 - 1947
Kulliyatul Muballighat
1947
Sekolah Asisten Apoteker
1948 – 1951
SMA
1951 – 1952
Fakultas Hukum UII
1952 – 1954
Fakultas Tarbiyah PTAIN Yogya
1956 – 1957
Diploma Universitas Ain Syams
1957 – 1959
S2 Ain Syams
1959 – 1964
S3 Ain Syams

Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1964, Zakiah Daradjat mengabdikan diri di Departemen Agama dan mengembangkan ilmunya untuk kepentingan masyarakat.[20] Ia diangkat menjadi pegawai negeri di Departemen Agama oleh Saifudin Zuhri, Menteri Agama pada masa itu. Selain menjadi pegawai Departemen Agama, Zakiah juga menjadi dosen terbang untuk 14 IAIN dan swasta di berbagai provinsi di Indonesia. Sambil bekerja, Zakiah diberi ruangan khusus untuk membuka praktik konsultasi psikologi di lingkungan Departemen Agama. Tiga peran ia jalani sekaligus, yakni sebagai pegawai, dosen, dan juga dokter jiwa.[21]
Namun, karena semakin banyak klien yang datang, ia mulai membuka praktik sendiri di rumahnya di Wisma Sejahtera, Jalan Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan pada tahun 1965.[22] Ketika diwawancara oleh Republika, ia menuturkan, "Ya, sehari bisa 4 hingga 10 orang. Setiap orang biasanya saya terima sekitar 45 menit untuk menyampaikan berbagai persoalan hidupnya.”[23] Ia membuka praktek sepulang dari kantor. Awalnya dua kali dalam seminggu. Kemudian tiga kali, karena pasienya semakin bertambah. Dan akhirnya enam kali dalam seminggu bila ia tidak ada tugas ke luar daerah atau luar negeri.[24] Zakiah mengaku, ia sama sekali tidak memasang tarif praktik, "Saya hanya menerima imbalan kalau mereka memberi. Berapa pun yang diberikan saya terima. Imbalan itu tidak selalu berupa uang, terkadang saya diberi buah-buahan, kue, sehelai baju kain, maupun lainnya sesuai kemampuan pasien.” Pintu praktiknya terbuka untuk siapa saja, tidak berdasarkan kelas sosialnya. Karena menurut Zakiah, tujuannya hanya untuk menolong sesama manusia.[25]
Pada tahun 1967, Zakiah diangkat oleh Menteri Agama Saifuddin Zuhri sebagai Kepala Dinas Penelitian dan Kurikulum Perguruan Tinggi di Biro Perguruan Tinggi dan Pesantren Luhur, Departemen Agama.[26] Selanjutnya tahun 1972, saat Departemen Agama dipimpin oleh Mukti Ali, Zakiah Daradjat diangkat sebagai Direktur Pendidikan Agama yang mengurusi Pendidikan Dasar dan Menengah.[27] Dan pada tahun 1977, Zakiah diamanahi sebagai Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam.[28]
Semasa menjabat di Departemen Agama, ia memanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengembangan dan pembaharuan dalam bidang Pendidikan Islam. Pemikirannya di bidang pendidikan agama banyak mempengaruhi wajah sistem pendidikan di Indonesia. Pembaharuan yang monumental yang sampai sekarang masih terasa pengaruhnya adalah keluarnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri (Menteri Agama, Mendikbud, dan Mendagri) pada tahun 1975. Melalui surat keputusan tersebut, Zakiah menginginkan peningkatan status madrasah, salah satunya dengan memberikan pengetahuan umum 70 persen dan pengetahuan agama 30 persen. Aturan yang dipakai hingga kini di sekolah-sekolah agama Indonesia ini memungkinkan lulusan madrasah diterima di perguruan tinggi umum.[29]
Upaya lain yang dilakukan Zakiah Daradjat adalah menyelesaikan kasus penyimpangan yang banyak terjadi pada proses pengangkatan guru agama Islam melalui kebijakan Ujian Guru Agama (UGA), serta pembinaan peningkatan mutu dan status lembaga pendidikan berbasis agama Islam, mulai dari pendidikan dasar, menengah, hingga perguruan tinggi.[30]
Ketika menempati posisi sebagai Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam, Zakiah Daradjat banyak melakukan sentuhan bagi pengembangan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Zakiah menyusun Rencana Induk Pengembangan (RIP) Perguruan Tinggi Agama Islam 25 tahun. RIP ini kemudian menjadi referensi bagi seluruh IAIN di Indonesia dalam menyusun rencana pengembangannya selama 5 tahun.[31] Dalam rencana ini antara lain ditetapkan sasaran jumlah lulusan S-2 dan S-3 untuk staf pengajar dari masing-masing IAIN. Melalui RIP inilah Departemen Agama dapat meyakinkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Departemen Keuangan, sehingga IAIN memperoleh anggaran yang relatif memadai.[32]
Zakiah juga mengkoordinasikan penyusunan kurikulum dan buku pendidikan agama Islam bagi perguruan tinggi umum. Dari usaha ini tersusunlah pendidikan Islam untuk berbagai disiplin ilmu.[33]
Pengalaman Zakiah sebagai Direktur Perguruan Tinggi Agama dan berbagai konsep teorinya dalam pendidikan, serta kecintaanya pada dunia pendidikan telah mendorongnya untuk mengaplikasikannya melalui lembaga pendidikan yang didirikan dan dikelolanya. Ia mendirikan Yayasan Ruhama yang berada di Desa Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 1983.[34] Lembaga pendidikan yang diselenggarakan mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).[35]
Di luar aktivitasnya di lingkungan kementerian, Zakiah Daradjat mengabdikan ilmunya dengan mengajar sebagai dosen keliling pada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (kini UIN) dan beberapa IAIN lainnya. Sesuai dengan keahliannya, mata kuliah yang diajarkan adalah agama, kesehatan mental, serta ilmu jiwa agama. Pada tahun 1984, Zakiah diangkat sebagai Guru Besar Ilmu Jiwa Agama di IAIN Jakarta.[36] Bertepatan dengan itu, ia juga diangkat sebagai Dekan Fakultas Pascasarjana dan Pendidikan Doktoral IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.[37] Sebagai pendidik dan Guru Besar, ia setia di jalur profesinya hingga akhir hayatnya. Hingga usia senja, meski telah pensiun dari tugas kedinasan, Zakiah masih aktif mengajar di UIN Syarif Hidayatullah dan perguruan tinggi lain yang membutuhkan ilmunya.[38] Ia juga tercatat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 1992-1997.[39] Selain itu, Zakiah Daradjat sering memberikan kuliah subuh di RRI Jakarta sejak tahun 1969 sampai dekade 2000-an. Ia kerap pula diminta mengisi siaran Mimbar Agama Islam di TVRI Jakarta.[40] Pada 19 Agustus 1999, Zakiah Daradjat memperoleh Bintang Jasa Maha Putera Utama sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia dari Pemerintah Rapublik Indonesia.[41] Ia pernah juga mendapat Tanda Kehormatan “Order of Kuwait Fourth Class” dari pemerintah Kerajaan Kuwait dan “Order of Mesir Fourth Class” dari Presiden Anwar Sadat atas jasanya mendampingi Presiden Soeharto serta menjadi penerjemah bahasa di antara keduanya.[42] Zakiah juga pernah aktif dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai perempuan pertama dan satu-satunya yang menjadi salah satu ketua pada tahun 1995. Ia dipercaya memimpin Komisi Wanita, Remaja dan Keluarga.[43]

3.1.Tabel Perjalanan Karir Prof. Dr. Zakiah Daradjat[44]
Tahun
Keterangan
1 November 1964
Pegawai Bulanan Organik, sebagai Ahli Pendidikan Agama, di Departemen Agama Pusat.
10 Agustus 1965
Pegawai Negeri Sementara Ahli Pendidikan Agama Depag.
September 1965
Ahli Pendidikan Agama Tk. I di Depag.
28 Maret 1967
Kepala Dinas Penelitian dan Kurikulum pada Direktorat Perguruan Tinggi Agama dan Pesantren Luhur,. Pangkat: Ahli Pendidikan Agama Tk. I Depag.
25 September 1967
Pegawai Tinggi Agama pada Diperta dan Pesantren Luhur, Depag.
17 Agustus 1972
Direktur Pendidikan Agama, Depag.
28 Oktober 1977
Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam, Depag.
30 Oktober 1984
Diangkat sebagai Guru Besar IAIN Jakarta dan Dekan Fakultas Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
30 Mei 1985
Anggota Dewan Guru Besar, Depag.
1983 – 1988
Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
25 November 1994
Anggota Dewan Riset Nasional
1995
Ketua Komisi Wanita, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (MUI).
1992 – 1997
Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

3.2.Tabel Aktivitas dalam Lembaga/Organisasi[45]
Tahun
Keterangan
1969
Kuliah Subuh RRI.
1969
Pembicara Mimbar Agama Islam di TVRI.
1970
Salah satu Pendiri dan Ketua Lembaga Pendidikan Kesehatan Jiwa Universitas Islam Jakarta.
1970-1974
Andalan Nasional Kwartir Pramuka.
Oktober 1978 – Mei 1979
Anggota Pacific Science Association.
1981 – 1983
Anggota Dewan Siaran Nasional.
1983
Pendiri dan Ketua Yayasan Pendidikan Islam Ruhama.
1990
Salah satu Pendiri dan Ketua Yayasan Kesehatan Mental Bina Amaliah Jakarta.

3.3. Tabel Tanda Penghargaan/Penghormatan[46]
Tahun
Keterangan
Desember 1965
Medali Ilmu Pengetahuan dari Presiden Mesir (Gamal Abdul Naser) atas prestasi yang dicapai dalam studi/penelitian untuk mencapai gelar Doktor. Diterima dalam upacara Hari Ilmu Pengetahuan.
10 Oktober 1977
Tanda Kehormatan Order of Kuwait Fourth Class dari Pemerintah Kerajaan Kuwait (Amir Shabah Sahir As-Shabah) atas perannya sebagai Penerjemah Bahasa Arab, dalam kunjungan Kenegaraan Presiden Soeharto.
16 Oktober 1977
Tanda Kehormatan Bintang Order of Mesir Fourth Class dari Presiden Mesir (Anwar Sadat) atas perannya sebagai Penerjemah Bahasa Arab, dalam kunjungan Kenegaraan Presiden Soeharto.
23 Juli 1988
Piagam Penghargaan Presiden RI, Soeharto atas peran dan karya pengabdian dalam usaha membina serta mengembangkan kesejahteraan kehidupan anak Indonesia. Dalam rangka Hari Anak Nasional di Jakarta.
1990
Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya Tingkat I.
17 Agustus 1995
Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama sebagai Tokoh Wanita / Guru Besar Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1996
Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 30 tahun atau lebih.
19 Agustus 1999
Tanda Kehormatan Bintang Jasa Maha Putera Utama sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sebagai Guru Besar ilmu pendidikan, Zakiah Daradjat tergolong ilmuwan yang produktif. Hal ini bisa dilihat dengan sejumlah karya ilmiah dan buku-buku yang disusunnya. Buku yang ditulis Zakiah sebagian besar berupa kumpulan tulisan yang diangkat dari kuliah dan ceramahnya. Ada juga yang ditulisnya dari tesis dan disertasinya. Hampir semua buku-buku karya Zakiah terfokus pada masalah kesehatan mental.[47] Selain itu, Zakiah juga menerjemahkan beberapa buku berbahasa Arab dan Inggris yang bertema psikologi dan kesehatan mental. Total keseluruhan buku yang ditulisnya hampir mencapai 100 judul buku dalam kurun waktu 30 tahun. Entah yang ditulisnya sendiri, terjemahan maupun bersama tim penyusun.[48]
Di antara buku-buku karangannya adalah Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Problem Remaja Indonesia, Perawatan Jiwa Untuk Anak-Anak, Ilmu Jiwa Agama, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Ketenangan dan Kebahagiaan Dalam Keluarga, Menghadapi Masa Menopause (Mendekati Usia Tua), dan sebagainya.[49] Selain menulis buku sendiri, Zakiah juga menerjemahkan beberapa buku berbahasa Arab yang bertemakan psikologi dan kesehatan mental. Di antara buku terjemahannya adalah Ilmu Jiwa dan Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa, keduanya karya Prof. Dr. Abdul Aziz al-Qushy. Selanjutnya Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat karya Prof. Dr. Musthafa Fahmi, dosen Zakiah ketika belajar di Universitas Ain Syam, Mesir.[50]
Sebagai psikolog yang berpraktik sebagai konsultan psikologi, Zakiah juga menulis beberapa buku psikologi yang berkaitan dengan kesehatan mental dan ibadah seperti shalat, zakat dan puasa dalam mengembalikan keseimbangan kehidupan mental seseorang melalui agama. Buku-buku tersebut antara lain: Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, dan lain-lain.[51]
Buku-buku karya Zakiah juga dikoleksi lengkap oleh Perpustakaan Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), bahkan diberi lemari khusus tersendiri untuk karya-karyanya. Semua itu disediakan untuk mahasiswa maupun dosen yang akan menjadikannya sebagai sumber referensi.[52] Berikut adalah rincian buku-buku karya Zakiah, baik yang karangan sendiri, terjemahan maupun bersama tim penyusun.

4.1.Buku karangan sendiri terbitan Bulan Bintang[53]
No
Judul Buku dan Tahun Terbit
1.
Ilmu Jiwa Agama (1970)
2.
Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (1970)
3.
Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia (1971)
4.
Pembinaan Jiwa/Mental (1974)
5.
Menghadapi Masa Manopoase (1974)
6.
Problematika Remaja di Indonesia (1974)
7.
Ketenangan dan Kebahagiaan dalam Keluarga (1974)
8.
Perkawinan Yang Bertanggung Jawab (1975)
9.
Pembinaan Remaja (1975)
10.
Pendidikan Orang Dewasa (1975)
11.
Kunci Kebahagiaan (1977)
12.
Membangun Manusia Indonesia Yang Bertaqwa kepada Tuhan YME (1977)
13.
Kepribadian Guru (1978)
14.
Islam dan Peranan Wanita (1978)
15.
Peranan IAIN dalam Pelaksanaan P4 (1979)
16.
Perawatan Jiwa untuk Anak-anak (1982)


4.2.Buku terjemahan terbitan Bulan Bintang[54]
No.
Judul Buku
Pengarang
1.
Pokok-Pokok Kesehatan Mental (1974)
Pror. Dr. Abdul Aziz El-Quusy
2.
Ilmu Jiwa, Prinsip-prinsip dan Implementasinya dalam Pendidikan (1976)
Pror. Dr. Abdul Aziz El-Quusy
3.
Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat (1977)
Prof. Dr. Mustafa Fahmi
4.
Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan (1978)
Prof. Dr. Attia Mahmoud Hana
5.
Anda dan Kemampuan Anda (1979)
Virgina Bailard
6.
Pengembangan Kemampuan Belajar pada Anak-anak (1980)
Harry N. Rivlin
7.
Dendam Anak-anak (1980)
Prof. Dr. Mustafa Fahmi
8.
Anak-anak Yang Cemerlang (1980)
Prof. Dr. Paul Wetty
9.
Mencari Bakat Anak-anak (1982)
G.F. Kuder / B.B. Paulson
10.
Penyesuaian Diri; Pengertian dan Peranannya dalam Kesehatan Mental Jilid I-II (1982)
Prof. Dr. Mustafa Fahmi
11.
Marilah Kita Fahami Persoalan Remaja (1983)
H.H. Remmers / C.G. Hacket
12.
Membantu Anak agar Sukses di Sekolah (1985)
Goody Koonzt Bess
13.
Anak dan Masalah Seks (1985)
Lester A. Kirkendall

4.3.Buku terbitan Gunung Agung, YPI Ruhama, dan Pustaka Antara[55]
No.
Judul Buku, Penerbit dan Tahun Terbit
1.
Kesehatan Mental (Gunung Agung, 1969)
2.
Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (Gunung Agung, 1970)
3.
Islam dan Kesehatan Mental (Gunung Agung, 1971)
4.
Shalat Menjadikan Hidup Bermakna (Ruhama, 1988)
5.
Kebahagiaan (Ruhama, 1988)
6.
Haji Ibadah Yang Unik (Ruhama, 1989)
7.
Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental (Ruhama, 1989)
8.
Doa Menunjang Semangat Hidup (Ruhama, 1990)
9.
Zakat Pembersih Harta dan Jiwa (Ruhama, 1991)
10.
Remadja, Harapan dan Tantangan (Ruhama, 1994)
11.
Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Ruhama, 1994)
12.
Shalat Untuk Anak-anak (Ruhama, 1996)
13.
Puasa Untuk Anak-Anak (Ruhama, 1996)
14.
Kesehatan Jilid I, II, III (Pustaka Antara, 1971)
15.
Kesehatan (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) Jilid IV (Pustaka Antara, 1974)
16.
Kesehatan Mental Dalam Keluarga (Pustaka Antara, 1991)

4.4. Karangan bersama sebagai pengarang dan tim penyusun[56]
No.
Judul Buku
1.
Pelajaran Tafsir Al-Qur’an Jilid I, II, III untuk murid-murid Madrasah Ibtidaiyah Bersama dengan H. M. Nur Asyik, MA (Bulan Bintang, 1968)
2.
Agama Islam untuk SD (6 Jilid), Bersama dengan Anwar Yasin, M. Ed, Prof. H. Boestami, Ismail Hamid, KH. Nasaruddin Latif, H. Nazar, H. Saaduddin Djambek, Syuaib Hasan (Mutiara, 1974)
3.
Pendidikan Agama Islam untuk SMA (6 Jilid), Bersama dengan Drs. M. Ali Hasan dan Drs. Paimun (Bulan Bintang, 1978)
4.
Pendidikan Agama Islam untuk SPG (3 Jilid), Bersama Drs. M. Ali Hasan (Proyek Pengadaan Buku SPG-Dep. P dan K, 1977)
5.
Pendidikan Agama Islam untuk SD (6 Jilid), Sebagai Penanggung Jawab (Depag, RI, 1978)
6.
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (6 Jilid), Sebagai Penanggung Jawab merangkap anggota (Depag, RI, 1978)
7.
Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Sebagai Ketua merangkap anggota (Proyek Pembinaan PTA/IAIN, 1980/1981)
8.
Metodologi Pendidikan Agama (C.V. Forum, 1981)
9.
Ilmu Fiqih II, Sebagai Ketua merangkap anggota (Proyek Pembinaan PTA/IAIN, 1982)
10.
Pengantar Ilmu Fiqih, Sebagai Ketua merangkap anggota (Proyek Pembinaan PTA/IAIN, 1981)
11.
Pendidikan Agama Islam untuk Siswa SMA Kelas I, II, dan III, Sebagai Anggota Tim Penyusun (1978)
12.
Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam untuk SMA, Sebagai Anggota Tim Penyusun (1978)
13.
Buku (naskah) PMP untuk SD, Sebagai Anggota Tim Penilai (1976)
14.
Buku Pengajaran Agama Islam di Sekolah Dasar, Sebagai Ketua merangkap anggota tim penulis, (1976)
15.
Buku Pedoman Pelaksanaan P4 bagi Lembaga Pendidikan Agama Islam Tingkat Tinggi dan Atas, Sebagai Ketua Tim Penyusun Naskah, (1981)
16.
Buku Perbandingan Agama, Sebagai Ketua merangkap Anggota Tim Penyusun, (1980)
17.
Pedoman Latihan Kepemimpinan Mahasiswa, Sebagai Konsultan dan Ketua Tim Editor, (1980)
18.
Bimbingan Praktis Pendidikan Agama Islam untuk OSIS, Sebagai Anggota Tim, (1980)
19.
Text Book Methodik Khusus Pengajaran Agama, Sebagai Ketua Merangkap Anggota, (1980)
20.
Penyusunan Ensiklopedia Islam, Sebagai Ketua, Penyusun, Tim Redaksi, Editor, (1979)
21.
Informasi Tentang IAIN, Sebagai Ketua Tim Penyelenggara, Penyusun, Penilai, (1982)
22.
Buku Statistik IAIN, Pedoman Umum/Dasar Kerja MPKM dan BPKM (1982)
23.
Buku Teks Islam untuk Humaniora, Sebagai Editor dan Penyelenggara, (1981)
24.
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum dan Sosial, Sebagai Editor dan Penyelenggara, (1981)
25.
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Filsafat, Sebagai Editor dan Penyelenggara, (1981)
26.
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Pengetahuan Islam dan Teknologi, Sebagai Editor dan Penyelenggara, (1981)
27.
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Sejarah, Sebagai Editor dan Penyelenggara (1981)
28.
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Kedokteran II, Sebagai Penanggung Jawab, (1982)
29.
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Bahasa, Sebagai Penanggung Jawab, (1982)
30.
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Sebagai Penanggung Jawab, (1982)
31.
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Pertanian, Sebagai Penanggung Jawab, (1982)
32.
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Psikologi, Sebagai Ketua Tim Penyusun, (1982)
33.
Perbandingan Agama II, Sebagai Ketua merangkap Anggota, (1982)
34.
Ilmu Tasawuf, Sebagai Konsultan, (1981)


[1] Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 233.
[2] Fitriyanti, Biografi Zakiah Daradjat: Embun Penyejuk Umat, (Jakarta: Genta Pustaka, 2013), h. 25.
[3] Arief Subhan, “Prof. Dr. Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, (Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 5.
[4] Fitriyanti, op. cit., h. 208.
[5] Ibid., h. 26.
[6] Arief Subhan, op. cit., h. 5.
[7] Buya Hamka, Ulama Besar Indonesia yang berasal dari Maninjau, Agam, Sumatera Barat. Ia adalah guru Zakiah Daradjat dan salah satu pendiri Kulliyatul Muballighat.
[8] Fitriyanti, op. cit., h. 30.
[9] Ibid., h. 37.
[10] Arief Subhan, op. cit., h. 6.
[11] Ibid., h. 7.
[12] Fitriyanti, op. cit., h. 67-68.
[13] Arief Subhan, op. cit., h. 8.
[14] Ibid., h. 9.
[15] Fitriyanti, op. cit., h. 88.
[16] Abuddin Nata, op. cit., h. 235.
[17] Fitriyanti, op. cit., h. 79-80.
[18] Arief Subhan, op. cit., h. 8.
[19] Fitriyanti, op. cit., h. 97.
[20] Arief Subhan, “Prof. Dr. Zakiah Daradjat: Pendidik dan Pemikir”, dalam Jajat Burhanudin (ed.), Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 146.
[21] Fitriyanti, op. cit., h. 102-103.
[22] Arief Subhan, “Prof. Dr. Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 11.
[23] Diambil dari republika.co.id, Mengenang Zakiah Darajat: Ahli Jiwa dengan Metode Agama, diakses pada hari Rabu, tanggal 30 Januari 2019.
[24] Fitriyanti, op. cit., h. 105.
[25] Fitriyanti, op. cit., h. 115.
[26] Abuddin Nata, op. cit., h. 236.
[27] Fitriyanti, op. cit., h. 116.
[28] Badri Yatim dkk, Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, (Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 59.
[29] Abuddin Nata, op. cit., h. 236-237.
[30] Fitriyanti, op. cit., h. 129.
[31] Arief Subhan, “Prof. Dr. Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, h.  22.
[32] Fitriyanti, op. cit., h. 155.
[33] Arief Subhan, loc. cit.
[34] Fitriyanti, op. cit., h. 174.
[35] Abuddin Nata, op. cit., h. 238.
[36] Arief Subhan, “Prof. Dr. Zakiah Daradjat: Pendidik dan Pemikir”, dalam Jajat Burhanudin, Ulama Perempuan Indonesia, h. 164.
[37] Arief Subhan, “Prof. Dr. Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, loc. cit.
[38] Fitriyanti, op. cit., h. 204.
[39] Arief Subhan, “Prof. Dr. Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 25.
[40] Fitriyanti, op. cit., h. 189-190.
[41] Badri Yatim dkk, op. cit., h. 61.
[42] Fitriyanti, op. cit., h. 196.
[43] Fitriyanti, op. cit., h. 160.
[44] Badri Yatim dkk, op. cit., h. 59.
[45] Ibid., h. 60.
[46] Ibid., h. 61.
[47] Arief Subhan, “Prof. Dr. Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 23.
[48] Fitriyanti, op. cit., h. 182.
[49] Arief Subhan, “Prof. Dr. Zakiah Daradjat: Pendidik dan Pemikir”, dalam Jajat Burhanudin, Ulama Perempuan Indonesia, h. 165.
[50] Arief Subhan, “Prof. Dr. Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, , h. 24.
[51] Fitriyanti, op. cit., h. 181.
[52] Ibid., h. 184.
[53] Badri Yatim dkk, op. cit., h. 62.
[54] Ibid., h. 63.
[55] Ibid., h. 64.
[56] Ibid., h. 65-67.

Comments

Popular posts from this blog

Kemacetan dan Keadilan Sosial

Arsitektur Masjid dan Spiritualitas

Soesilo Toer Sang Teladan