Biografi Zakiah Daradjat
oleh: Fatihul Afham
Zakiah Daradjat dilahirkan di Nagari Kotomarapak, Kecamatan Ampek
Angkek, Kotamadya Bukittinggi Sumatera Barat, 6 November 1929. Ayahnya, Haji
Daradjat Husain merupakan aktivis organisasi Muhammadiyah dan ibunya, Rafi'ah
aktif di Sarekat Islam. Ia merupakan anak pertama dari enam bersaudara dari
pasangan tersebut.[1] Selain dekat dengan kedua orang tuanya, Zakiah juga dekat dengan
bibinya (adik kandung dari ibunya) yang bernama Rawansjah. Kakeknya adalah
seorang pejabat pemerintahan bernama Husein. Seorang ambtenaar yang memangku
jabatan Angku Kapalo Nagari dan ninik mamak di Lambah Tigo Patah, Ampek Angkek,
Canduang. Walaupun bukan dari keluarga ulama, Zakiah dibesarkan di tengah
keluarga yang berselimutkan nilai agama dan adat yang kuat dan kental.[2]
Dengan suasana kampung yang religius, Zakiah Daradjat telah ditempa
pendidikan agama dan dasar keimanan yang kuat. Sejak kecil, ia sudah dibiasakan
oleh ibunya untuk menghadiri pengajian-pengajian agama.[3]
Menjelang akhir hayatnya, pada usia 80 tahun ia masih aktif mengajar
karena langkanya dosen dalam disiplin ilmu yang dikuasai Zakiah. Baru pada usia
82 tahun, Zakiah tidak mengajar lagi. Zakiah Daradjat wafat pada usia 83 tahun
pada hari Selasa tanggal 15 Januari 2013 sekitar pukul 09.00 WIB di Rumah Sakit
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.[4]
Masa kanak-kanak dan remaja Zakiah lebih banyak menghabiskan waktu
berkutat dengan buku untuk belajar. Sejak balita, Zakiah sudah terbiasa ikut
pengajian dan mendengar ceramah bibinya. Pengalaman ini secara tidak langsung
telah memupuk bakatnya berbicara di depan banyak orang di usia belia. Pola
pikir Zakiah muda banyak dipengaruhi oleh kakek, bapak dan bibinya. Tiga
perpaduan karakter inilah yang kelak mewarnai perjalanan hidupnya.[5]
Pada usia enam tahun, Zakiah sudah mulai memasuki sekolah. Pagi ia
belajar di Standard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah, sementara
sorenya belajar lagi di sekolah Diniyah (Sekolah Dasar khusus agama). Semasa
sekolah ia memperlihatkan minat cukup besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan
agama.[6] Setelah tamat sekolah dasar, Zakiah melanjutkan sekolahnya ke SMP. Dan
belum lulus SMP, ia sudah meneruskan sekolahnya di Kulliyatul Muballighat yang
didirikan oleh Muhammadiyah di Padang Panjang. Di Kulliyatul Muballighat inilah
Zakiah bertemu dengan Buya Hamka[7] sebagai pengajar dan gurunya.[8]
Selulusnya dari Kulliyatul Muballighat, Zakiah sempat meneruskan
pendidikannya ke Sekolah Asisten Apoteker (SAA) di Bukittinggi. Baru beberapa
bulan duduk di bangku SAA, dengan terpaksa sekolah tersebut ditutup sebab
terjadi Clash I11. Karena belum ada kepastian SAA dibuka kembali, atas saran bibinya,
Zakiah mendaftar ke SMA di Birugo, Bukittinggi.[9] Pada tahun 1951, ia menamatkan pendidikannya di SMA. Setelah itu, ia
memutuskan meninggalkan kampung halamannya untuk melanjutkan studinya ke
Yogyakarta. Di Yogyakarta, ia mendaftar pada dua perguruan tinggi dengan
fakultas yang berbeda, yaitu Fakultas Tarbiyah pada Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta dan Fakultas Hukum pada Universitas Islam
Indonesia (UII). Meskipun ia diterima di kedua Fakultas tersebut, ia akhirnya
hanya memilih mengambil Fakultas Tarbiyah PTAIN Yogyakarta atas saran dari
dosennya.[10]
Setelah mencapai tingkat doktoral satu (BA), ia mendapat tawaran
beasiswa dari Departemen Agama untuk melanjutkan pendidikan ke Mesir.[11] Di Mesir ia mengambil diploma program spesialisasi pendidikan yang
ditempuhnya selama satu tahun pada Universitas A’in Syam. Lalu menlanjutkan
jenjang S-2 nya pada bidang studi Kesehatan Jiwa Pada Remaja dan Anak-Anak.[12] Ia memperoleh gelar Magister (MA) pada tahun 1959 dengan tesis Problematika Remaja di Indonesia dengan
spealisasi Mental Hyhiene.[13]
Tidak seperti teman-teman seangkatannya dari Indonesia, setelah
menyelesaikan program S-2, Zakiah tidak langsung pulang. Ia justru malah
melanjutkan studinya program S-3 di universitas yang sama.[14] Ketika menempuh program S-3, kesibukan Zakiah tidak hanya belajar,
tetapi juga mengajar bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Bahasa Universitas A’in
Syam. Ia melanjutkan kuliah S-3 nya dengan uang tabungannya sendiri karena
tidak ada lagi beasiswa dari Departemen Agama.[15] Pada tahun 1964, dengan disertasi tentang “Perawatan Jiwa Untuk
Anak-Anak,” ia berhasil meraih gelar doktornya dalam bidang psikologi
dengan spesialisasi psikoterapi dari Universitas A’in Syam. Dan menjadikannya
Doktor Psikolog perempuan pertama di Indonesia.[16]
Selama di Mesir, Zakiah juga sempat mengikuti kursus bahasa Inggris dan
Prancis. Keinginan dan ketekunannya membuahkan hasil. Ia bisa menguasai tiga bahasa
asing, Arab, Inggris dan Prancis. Kemampuannya menguasai tiga bahasa asing ini,
pada akhirnya menunjang karirnya dengan mulus dan mewakili Indonesia dalam
berbagai seminar internasional di berbagai negara.[17] Selain itu, Zakiah juga sempat berlatih praktik konsultasi psikologi
pada klinik kesehatan mental di rumah sakit El-Demerdash yang berada di area
kampus.[18] Sewindu lebih Zakiah bermukim di Mesir, dari tahun 1956 sampai dengan
1964, tepatnya 8,5 tahun sebelum akhirnya kembali ke Indonesia.[19]
2.1.Tabel Jenjang Pendidikan Zakiah Daradjat
Tahun
|
Jenjang Pendidikan
|
1936 – 1942
|
Sekolah Dasar
|
1942 – 1944
|
SMP
|
1944 - 1947
|
Kulliyatul Muballighat
|
1947
|
Sekolah Asisten Apoteker
|
1948 – 1951
|
SMA
|
1951 – 1952
|
Fakultas Hukum UII
|
1952 – 1954
|
Fakultas Tarbiyah PTAIN Yogya
|
1956 – 1957
|
Diploma Universitas Ain Syams
|
1957 – 1959
|
S2 Ain Syams
|
1959 – 1964
|
S3 Ain Syams
|
Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1964, Zakiah Daradjat
mengabdikan diri di Departemen Agama dan mengembangkan ilmunya untuk
kepentingan masyarakat.[20] Ia diangkat menjadi pegawai negeri di Departemen Agama oleh Saifudin
Zuhri, Menteri Agama pada masa itu. Selain menjadi pegawai Departemen Agama,
Zakiah juga menjadi dosen terbang untuk 14 IAIN dan swasta di berbagai provinsi
di Indonesia. Sambil bekerja, Zakiah diberi ruangan khusus untuk membuka
praktik konsultasi psikologi di lingkungan Departemen Agama. Tiga peran ia
jalani sekaligus, yakni sebagai pegawai, dosen, dan juga dokter jiwa.[21]
Namun, karena semakin banyak klien yang datang, ia mulai membuka praktik
sendiri di rumahnya di Wisma Sejahtera, Jalan Fatmawati, Cipete, Jakarta
Selatan pada tahun 1965.[22] Ketika diwawancara oleh Republika, ia menuturkan, "Ya, sehari bisa
4 hingga 10 orang. Setiap orang biasanya saya terima sekitar 45 menit untuk
menyampaikan berbagai persoalan hidupnya.”[23] Ia membuka praktek sepulang dari kantor. Awalnya dua kali dalam
seminggu. Kemudian tiga kali, karena pasienya semakin bertambah. Dan akhirnya
enam kali dalam seminggu bila ia tidak ada tugas ke luar daerah atau luar
negeri.[24] Zakiah mengaku, ia sama sekali tidak memasang tarif praktik, "Saya
hanya menerima imbalan kalau mereka memberi. Berapa pun yang diberikan saya
terima. Imbalan itu tidak selalu berupa uang, terkadang saya diberi
buah-buahan, kue, sehelai baju kain, maupun lainnya sesuai kemampuan pasien.”
Pintu praktiknya terbuka untuk siapa saja, tidak berdasarkan kelas sosialnya.
Karena menurut Zakiah, tujuannya hanya untuk menolong sesama manusia.[25]
Pada tahun 1967, Zakiah diangkat oleh Menteri Agama Saifuddin Zuhri
sebagai Kepala Dinas Penelitian dan Kurikulum Perguruan Tinggi di Biro
Perguruan Tinggi dan Pesantren Luhur, Departemen Agama.[26] Selanjutnya tahun 1972, saat Departemen Agama dipimpin oleh Mukti Ali,
Zakiah Daradjat diangkat sebagai Direktur Pendidikan Agama yang mengurusi
Pendidikan Dasar dan Menengah.[27] Dan pada tahun 1977, Zakiah diamanahi sebagai Direktur Perguruan Tinggi
Agama Islam.[28]
Semasa menjabat di Departemen Agama, ia memanfaatkan sebaik-baiknya
untuk pengembangan dan pembaharuan dalam bidang Pendidikan Islam. Pemikirannya
di bidang pendidikan agama banyak mempengaruhi wajah sistem pendidikan di
Indonesia. Pembaharuan yang monumental yang sampai sekarang masih terasa
pengaruhnya adalah keluarnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri
(Menteri Agama, Mendikbud, dan Mendagri) pada tahun 1975. Melalui surat
keputusan tersebut, Zakiah menginginkan peningkatan status madrasah, salah
satunya dengan memberikan pengetahuan umum 70 persen dan pengetahuan agama 30
persen. Aturan yang dipakai hingga kini di sekolah-sekolah agama Indonesia ini memungkinkan
lulusan madrasah diterima di perguruan tinggi umum.[29]
Upaya lain yang dilakukan Zakiah Daradjat adalah menyelesaikan kasus
penyimpangan yang banyak terjadi pada proses pengangkatan guru agama Islam
melalui kebijakan Ujian Guru Agama (UGA), serta pembinaan peningkatan mutu dan
status lembaga pendidikan berbasis agama Islam, mulai dari pendidikan dasar,
menengah, hingga perguruan tinggi.[30]
Ketika menempati posisi sebagai Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam,
Zakiah Daradjat banyak melakukan sentuhan bagi pengembangan Perguruan Tinggi
Agama Islam (PTAI). Zakiah menyusun Rencana Induk Pengembangan (RIP) Perguruan
Tinggi Agama Islam 25 tahun. RIP ini kemudian menjadi referensi bagi seluruh
IAIN di Indonesia dalam menyusun rencana pengembangannya selama 5 tahun.[31] Dalam rencana ini antara lain ditetapkan sasaran jumlah lulusan S-2 dan
S-3 untuk staf pengajar dari masing-masing IAIN. Melalui RIP inilah Departemen
Agama dapat meyakinkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan
Departemen Keuangan, sehingga IAIN memperoleh anggaran yang relatif memadai.[32]
Zakiah juga mengkoordinasikan penyusunan kurikulum dan buku pendidikan
agama Islam bagi perguruan tinggi umum. Dari usaha ini tersusunlah pendidikan
Islam untuk berbagai disiplin ilmu.[33]
Pengalaman Zakiah sebagai Direktur Perguruan Tinggi Agama dan berbagai
konsep teorinya dalam pendidikan, serta kecintaanya pada dunia pendidikan telah
mendorongnya untuk mengaplikasikannya melalui lembaga pendidikan yang didirikan
dan dikelolanya. Ia mendirikan Yayasan Ruhama yang berada di Desa Pisangan,
Ciputat, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 1983.[34] Lembaga pendidikan yang diselenggarakan mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
(SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).[35]
Di luar aktivitasnya di lingkungan kementerian, Zakiah Daradjat
mengabdikan ilmunya dengan mengajar sebagai dosen keliling pada IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (kini UIN) dan beberapa IAIN lainnya. Sesuai dengan
keahliannya, mata kuliah yang diajarkan adalah agama, kesehatan mental, serta
ilmu jiwa agama. Pada tahun 1984, Zakiah diangkat sebagai Guru Besar Ilmu Jiwa
Agama di IAIN Jakarta.[36] Bertepatan dengan itu, ia juga diangkat sebagai Dekan Fakultas
Pascasarjana dan Pendidikan Doktoral IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.[37] Sebagai pendidik dan Guru Besar, ia setia di jalur profesinya hingga
akhir hayatnya. Hingga usia senja, meski telah pensiun dari tugas kedinasan,
Zakiah masih aktif mengajar di UIN Syarif Hidayatullah dan perguruan tinggi
lain yang membutuhkan ilmunya.[38] Ia juga tercatat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
periode 1992-1997.[39] Selain itu, Zakiah Daradjat sering memberikan kuliah subuh di RRI
Jakarta sejak tahun 1969 sampai dekade 2000-an. Ia kerap pula diminta mengisi
siaran Mimbar Agama Islam di TVRI Jakarta.[40] Pada 19 Agustus 1999, Zakiah Daradjat memperoleh Bintang Jasa Maha
Putera Utama sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia dari Pemerintah Rapublik
Indonesia.[41] Ia pernah juga mendapat Tanda Kehormatan “Order of Kuwait Fourth
Class” dari pemerintah Kerajaan Kuwait dan “Order of Mesir Fourth Class”
dari Presiden Anwar Sadat atas jasanya mendampingi Presiden Soeharto serta
menjadi penerjemah bahasa di antara keduanya.[42] Zakiah juga pernah aktif dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai
perempuan pertama dan satu-satunya yang menjadi salah satu ketua pada tahun
1995. Ia dipercaya memimpin Komisi Wanita, Remaja dan Keluarga.[43]
Tahun
|
Keterangan
|
1 November 1964
|
Pegawai Bulanan Organik, sebagai Ahli Pendidikan Agama,
di Departemen Agama Pusat.
|
10 Agustus 1965
|
Pegawai Negeri Sementara Ahli Pendidikan Agama Depag.
|
September 1965
|
Ahli Pendidikan Agama Tk. I di Depag.
|
28 Maret 1967
|
Kepala Dinas Penelitian dan Kurikulum pada Direktorat
Perguruan Tinggi Agama dan Pesantren Luhur,. Pangkat: Ahli Pendidikan Agama
Tk. I Depag.
|
25 September 1967
|
Pegawai Tinggi Agama pada Diperta dan Pesantren Luhur,
Depag.
|
17 Agustus 1972
|
Direktur Pendidikan Agama, Depag.
|
28 Oktober 1977
|
Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam, Depag.
|
30 Oktober 1984
|
Diangkat sebagai Guru Besar IAIN Jakarta dan Dekan
Fakultas Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
|
30 Mei 1985
|
Anggota Dewan Guru Besar, Depag.
|
1983 – 1988
|
Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
|
25 November 1994
|
Anggota Dewan Riset Nasional
|
1995
|
Ketua Komisi Wanita, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama
Indonesia (MUI).
|
1992 – 1997
|
Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
|
Tahun
|
Keterangan
|
1969
|
Kuliah Subuh RRI.
|
1969
|
Pembicara Mimbar Agama Islam di TVRI.
|
1970
|
Salah satu Pendiri dan Ketua Lembaga Pendidikan
Kesehatan Jiwa Universitas Islam Jakarta.
|
1970-1974
|
Andalan Nasional Kwartir Pramuka.
|
Oktober 1978 – Mei 1979
|
Anggota Pacific Science Association.
|
1981 – 1983
|
Anggota Dewan Siaran Nasional.
|
1983
|
Pendiri dan Ketua Yayasan Pendidikan Islam Ruhama.
|
1990
|
Salah satu Pendiri dan Ketua Yayasan Kesehatan Mental
Bina Amaliah Jakarta.
|
Tahun
|
Keterangan
|
Desember 1965
|
Medali Ilmu Pengetahuan dari Presiden Mesir (Gamal
Abdul Naser) atas prestasi yang dicapai dalam studi/penelitian untuk mencapai
gelar Doktor. Diterima dalam upacara Hari Ilmu Pengetahuan.
|
10 Oktober 1977
|
Tanda Kehormatan Order
of Kuwait Fourth Class dari Pemerintah Kerajaan Kuwait (Amir Shabah Sahir
As-Shabah) atas perannya sebagai Penerjemah Bahasa Arab, dalam kunjungan
Kenegaraan Presiden Soeharto.
|
16 Oktober 1977
|
Tanda Kehormatan Bintang Order of Mesir Fourth Class dari Presiden Mesir (Anwar Sadat) atas
perannya sebagai Penerjemah Bahasa Arab, dalam kunjungan Kenegaraan Presiden
Soeharto.
|
23 Juli 1988
|
Piagam Penghargaan Presiden RI, Soeharto atas peran dan
karya pengabdian dalam usaha membina serta mengembangkan kesejahteraan
kehidupan anak Indonesia. Dalam rangka Hari Anak Nasional di Jakarta.
|
1990
|
Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya Tingkat I.
|
17 Agustus 1995
|
Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama sebagai Tokoh
Wanita / Guru Besar Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
|
1996
|
Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 30 tahun
atau lebih.
|
19 Agustus 1999
|
Tanda Kehormatan Bintang Jasa Maha Putera Utama sebagai
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
|
Sebagai Guru Besar ilmu pendidikan, Zakiah Daradjat tergolong ilmuwan
yang produktif. Hal ini bisa dilihat dengan sejumlah karya ilmiah dan buku-buku
yang disusunnya. Buku yang ditulis Zakiah sebagian besar berupa kumpulan
tulisan yang diangkat dari kuliah dan ceramahnya. Ada juga yang ditulisnya dari
tesis dan disertasinya. Hampir semua buku-buku karya Zakiah terfokus pada
masalah kesehatan mental.[47] Selain itu, Zakiah juga menerjemahkan beberapa buku berbahasa Arab dan
Inggris yang bertema psikologi dan kesehatan mental. Total keseluruhan buku
yang ditulisnya hampir mencapai 100 judul buku dalam kurun waktu 30 tahun.
Entah yang ditulisnya sendiri, terjemahan maupun bersama tim penyusun.[48]
Di antara buku-buku karangannya adalah Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Problem Remaja Indonesia,
Perawatan Jiwa Untuk Anak-Anak, Ilmu Jiwa Agama, Pendidikan Agama Dalam
Pembinaan Mental, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Ketenangan dan
Kebahagiaan Dalam Keluarga, Menghadapi Masa Menopause (Mendekati Usia Tua),
dan sebagainya.[49] Selain menulis buku sendiri, Zakiah juga menerjemahkan beberapa buku
berbahasa Arab yang bertemakan psikologi dan kesehatan mental. Di antara buku
terjemahannya adalah Ilmu Jiwa dan Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa, keduanya karya
Prof. Dr. Abdul Aziz al-Qushy. Selanjutnya Kesehatan Jiwa dalam Keluarga,
Sekolah dan Masyarakat karya Prof. Dr. Musthafa Fahmi, dosen Zakiah ketika
belajar di Universitas Ain Syam, Mesir.[50]
Sebagai psikolog yang berpraktik sebagai konsultan psikologi, Zakiah
juga menulis beberapa buku psikologi yang berkaitan dengan kesehatan mental dan
ibadah seperti shalat, zakat dan puasa dalam mengembalikan keseimbangan
kehidupan mental seseorang melalui agama. Buku-buku tersebut antara lain:
Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, Zakat
Pembersih Harta dan Jiwa, dan lain-lain.[51]
Buku-buku karya Zakiah juga dikoleksi lengkap oleh Perpustakaan Universitas
Kebangsaan Malaysia (UKM), bahkan diberi lemari khusus tersendiri untuk
karya-karyanya. Semua itu disediakan untuk mahasiswa maupun dosen yang akan
menjadikannya sebagai sumber referensi.[52] Berikut adalah rincian buku-buku karya Zakiah, baik yang karangan
sendiri, terjemahan maupun bersama tim penyusun.
No
|
Judul Buku dan Tahun Terbit
|
1.
|
Ilmu Jiwa Agama (1970)
|
2.
|
Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (1970)
|
3.
|
Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia (1971)
|
4.
|
Pembinaan Jiwa/Mental (1974)
|
5.
|
Menghadapi Masa Manopoase (1974)
|
6.
|
Problematika Remaja di Indonesia (1974)
|
7.
|
Ketenangan dan Kebahagiaan dalam Keluarga (1974)
|
8.
|
Perkawinan Yang Bertanggung Jawab (1975)
|
9.
|
Pembinaan Remaja (1975)
|
10.
|
Pendidikan Orang Dewasa (1975)
|
11.
|
Kunci Kebahagiaan (1977)
|
12.
|
Membangun Manusia Indonesia Yang Bertaqwa kepada Tuhan
YME (1977)
|
13.
|
Kepribadian Guru (1978)
|
14.
|
Islam dan Peranan Wanita (1978)
|
15.
|
Peranan IAIN dalam Pelaksanaan P4 (1979)
|
16.
|
Perawatan Jiwa untuk Anak-anak (1982)
|
No.
|
Judul Buku
|
Pengarang
|
1.
|
Pokok-Pokok Kesehatan Mental (1974)
|
Pror. Dr. Abdul Aziz El-Quusy
|
2.
|
Ilmu Jiwa, Prinsip-prinsip dan Implementasinya dalam
Pendidikan (1976)
|
Pror. Dr. Abdul Aziz El-Quusy
|
3.
|
Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
(1977)
|
Prof. Dr. Mustafa Fahmi
|
4.
|
Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan (1978)
|
Prof. Dr. Attia Mahmoud Hana
|
5.
|
Anda dan Kemampuan Anda (1979)
|
Virgina Bailard
|
6.
|
Pengembangan Kemampuan Belajar pada Anak-anak (1980)
|
Harry N. Rivlin
|
7.
|
Dendam Anak-anak (1980)
|
Prof. Dr. Mustafa Fahmi
|
8.
|
Anak-anak Yang Cemerlang (1980)
|
Prof. Dr. Paul Wetty
|
9.
|
Mencari Bakat Anak-anak (1982)
|
G.F. Kuder / B.B. Paulson
|
10.
|
Penyesuaian Diri; Pengertian dan Peranannya dalam
Kesehatan Mental Jilid I-II (1982)
|
Prof. Dr. Mustafa Fahmi
|
11.
|
Marilah Kita Fahami Persoalan Remaja (1983)
|
H.H. Remmers / C.G. Hacket
|
12.
|
Membantu Anak agar Sukses di Sekolah (1985)
|
Goody Koonzt Bess
|
13.
|
Anak dan Masalah Seks (1985)
|
Lester A. Kirkendall
|
No.
|
Judul Buku, Penerbit dan Tahun Terbit
|
1.
|
Kesehatan Mental (Gunung Agung, 1969)
|
2.
|
Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (Gunung Agung,
1970)
|
3.
|
Islam dan Kesehatan Mental (Gunung Agung, 1971)
|
4.
|
Shalat Menjadikan Hidup Bermakna (Ruhama, 1988)
|
5.
|
Kebahagiaan (Ruhama, 1988)
|
6.
|
Haji Ibadah Yang Unik (Ruhama, 1989)
|
7.
|
Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental (Ruhama, 1989)
|
8.
|
Doa Menunjang Semangat Hidup (Ruhama, 1990)
|
9.
|
Zakat Pembersih Harta dan Jiwa (Ruhama, 1991)
|
10.
|
Remadja, Harapan dan Tantangan (Ruhama, 1994)
|
11.
|
Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Ruhama,
1994)
|
12.
|
Shalat Untuk Anak-anak (Ruhama, 1996)
|
13.
|
Puasa Untuk Anak-Anak (Ruhama, 1996)
|
14.
|
Kesehatan Jilid I, II, III (Pustaka Antara, 1971)
|
15.
|
Kesehatan (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) Jilid
IV (Pustaka Antara, 1974)
|
16.
|
Kesehatan Mental Dalam Keluarga (Pustaka Antara, 1991)
|
No.
|
Judul Buku
|
1.
|
Pelajaran Tafsir Al-Qur’an Jilid I, II, III untuk
murid-murid Madrasah Ibtidaiyah Bersama dengan H. M. Nur Asyik, MA (Bulan
Bintang, 1968)
|
2.
|
Agama Islam untuk SD (6 Jilid), Bersama dengan Anwar
Yasin, M. Ed, Prof. H. Boestami, Ismail Hamid, KH. Nasaruddin Latif, H.
Nazar, H. Saaduddin Djambek, Syuaib Hasan (Mutiara, 1974)
|
3.
|
Pendidikan Agama Islam untuk SMA (6 Jilid), Bersama
dengan Drs. M. Ali Hasan dan Drs. Paimun (Bulan Bintang, 1978)
|
4.
|
Pendidikan Agama Islam untuk SPG (3 Jilid), Bersama
Drs. M. Ali Hasan (Proyek Pengadaan Buku SPG-Dep. P dan K, 1977)
|
5.
|
Pendidikan Agama Islam untuk SD (6 Jilid), Sebagai
Penanggung Jawab (Depag, RI, 1978)
|
6.
|
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (6 Jilid),
Sebagai Penanggung Jawab merangkap anggota (Depag, RI, 1978)
|
7.
|
Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Sebagai Ketua
merangkap anggota (Proyek Pembinaan PTA/IAIN, 1980/1981)
|
8.
|
Metodologi Pendidikan Agama (C.V. Forum, 1981)
|
9.
|
Ilmu Fiqih II, Sebagai Ketua merangkap anggota (Proyek
Pembinaan PTA/IAIN, 1982)
|
10.
|
Pengantar Ilmu Fiqih, Sebagai Ketua merangkap anggota
(Proyek Pembinaan PTA/IAIN, 1981)
|
11.
|
Pendidikan Agama Islam untuk Siswa SMA Kelas I, II, dan
III, Sebagai Anggota Tim Penyusun (1978)
|
12.
|
Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam untuk
SMA, Sebagai Anggota Tim Penyusun (1978)
|
13.
|
Buku (naskah) PMP untuk SD, Sebagai Anggota Tim Penilai
(1976)
|
14.
|
Buku Pengajaran Agama Islam di Sekolah Dasar, Sebagai
Ketua merangkap anggota tim penulis, (1976)
|
15.
|
Buku Pedoman Pelaksanaan P4 bagi Lembaga Pendidikan
Agama Islam Tingkat Tinggi dan Atas, Sebagai Ketua Tim Penyusun Naskah,
(1981)
|
16.
|
Buku Perbandingan Agama, Sebagai Ketua merangkap
Anggota Tim Penyusun, (1980)
|
17.
|
Pedoman Latihan Kepemimpinan Mahasiswa, Sebagai
Konsultan dan Ketua Tim Editor, (1980)
|
18.
|
Bimbingan Praktis Pendidikan Agama Islam untuk OSIS,
Sebagai Anggota Tim, (1980)
|
19.
|
Text Book Methodik Khusus Pengajaran Agama, Sebagai
Ketua Merangkap Anggota, (1980)
|
20.
|
Penyusunan Ensiklopedia Islam, Sebagai Ketua, Penyusun,
Tim Redaksi, Editor, (1979)
|
21.
|
Informasi Tentang IAIN, Sebagai Ketua Tim
Penyelenggara, Penyusun, Penilai, (1982)
|
22.
|
Buku Statistik IAIN, Pedoman Umum/Dasar Kerja MPKM dan
BPKM (1982)
|
23.
|
Buku Teks Islam untuk Humaniora, Sebagai Editor dan
Penyelenggara, (1981)
|
24.
|
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum dan Sosial,
Sebagai Editor dan Penyelenggara, (1981)
|
25.
|
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Filsafat, Sebagai
Editor dan Penyelenggara, (1981)
|
26.
|
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Pengetahuan Islam
dan Teknologi, Sebagai Editor dan Penyelenggara, (1981)
|
27.
|
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Sejarah, Sebagai
Editor dan Penyelenggara (1981)
|
28.
|
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Kedokteran II,
Sebagai Penanggung Jawab, (1982)
|
29.
|
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Bahasa, Sebagai
Penanggung Jawab, (1982)
|
30.
|
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Ekonomi, Sebagai
Penanggung Jawab, (1982)
|
31.
|
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Pertanian, Sebagai
Penanggung Jawab, (1982)
|
32.
|
Buku Teks Islam untuk Disiplin Ilmu Psikologi, Sebagai
Ketua Tim Penyusun, (1982)
|
33.
|
Perbandingan Agama II, Sebagai Ketua merangkap Anggota,
(1982)
|
34.
|
Ilmu Tasawuf, Sebagai Konsultan, (1981)
|
[1] Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 233.
[2] Fitriyanti, Biografi Zakiah Daradjat: Embun Penyejuk
Umat, (Jakarta: Genta Pustaka, 2013), h. 25.
[3] Arief Subhan, “Prof. Dr.
Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, (Ciputat:
PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 5.
[4] Fitriyanti, op. cit., h. 208.
[5] Ibid., h. 26.
[6] Arief Subhan, op.
cit., h. 5.
[7] Buya Hamka, Ulama Besar
Indonesia yang berasal dari Maninjau, Agam, Sumatera Barat. Ia adalah guru
Zakiah Daradjat dan salah satu pendiri Kulliyatul Muballighat.
[8] Fitriyanti, op. cit., h. 30.
[9] Ibid., h. 37.
[10] Arief Subhan, op. cit.,
h. 6.
[11] Ibid., h. 7.
[12] Fitriyanti, op. cit., h. 67-68.
[13] Arief Subhan, op.
cit., h. 8.
[14] Ibid., h. 9.
[15] Fitriyanti, op. cit., h. 88.
[16] Abuddin Nata, op. cit., h. 235.
[17] Fitriyanti, op. cit., h. 79-80.
[18] Arief Subhan, op.
cit., h. 8.
[19] Fitriyanti, op. cit., h. 97.
[20] Arief Subhan, “Prof. Dr.
Zakiah Daradjat: Pendidik dan Pemikir”, dalam
Jajat Burhanudin (ed.), Ulama
Perempuan Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 146.
[21] Fitriyanti, op. cit., h. 102-103.
[22] Arief Subhan, “Prof. Dr.
Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 11.
[23] Diambil dari republika.co.id, Mengenang Zakiah Darajat: Ahli Jiwa dengan
Metode Agama, diakses pada hari Rabu, tanggal 30 Januari 2019.
[24] Fitriyanti, op. cit., h. 105.
[25] Fitriyanti, op. cit., h. 115.
[26] Abuddin Nata, op. cit., h. 236.
[27] Fitriyanti, op. cit., h. 116.
[28] Badri Yatim dkk, Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam
di Indonesia, (Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 59.
[29] Abuddin Nata, op. cit., h. 236-237.
[30] Fitriyanti, op. cit., h. 129.
[31] Arief Subhan, “Prof. Dr.
Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 22.
[32] Fitriyanti, op. cit., h. 155.
[33] Arief Subhan, loc.
cit.
[34] Fitriyanti, op. cit., h. 174.
[35] Abuddin Nata, op. cit., h. 238.
[36] Arief Subhan, “Prof. Dr.
Zakiah Daradjat: Pendidik dan Pemikir”, dalam
Jajat Burhanudin, Ulama Perempuan Indonesia, h. 164.
[37] Arief Subhan, “Prof. Dr.
Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, loc. cit.
[38] Fitriyanti, op. cit., h. 204.
[39] Arief Subhan, “Prof. Dr.
Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 25.
[40] Fitriyanti, op. cit., h. 189-190.
[41] Badri Yatim dkk, op. cit., h. 61.
[42] Fitriyanti, op. cit., h. 196.
[43] Fitriyanti, op. cit., h. 160.
[44] Badri Yatim dkk, op. cit., h. 59.
[45] Ibid., h. 60.
[46] Ibid., h. 61.
[47] Arief Subhan, “Prof. Dr.
Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 23.
[48] Fitriyanti, op. cit., h. 182.
[49] Arief Subhan, “Prof. Dr.
Zakiah Daradjat: Pendidik dan Pemikir”, dalam
Jajat Burhanudin, Ulama Perempuan Indonesia, h. 165.
[50] Arief Subhan, “Prof. Dr.
Zakiah Daradjat: Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas”, dalam Badri Yatim (ed.), Perkembangan Psikologi dan Pendidikan Islam di Indonesia, , h. 24.
[51] Fitriyanti, op. cit., h. 181.
[52] Ibid., h. 184.
[53] Badri Yatim dkk, op. cit., h. 62.
[55] Ibid., h. 64.
[56] Ibid., h. 65-67.
Comments
Post a Comment