PESAN RAHMAT, KEADILAN, & CINTA KH. JALALUDDIN RAKHMAT
Buku ini merupakan kumpulan tulisan makalah, ceramah, dan diskusi
panel KH. Jaluddin Rakhmat (Kiai Jalal) yang pernah diselenggarakan di
kampus-kampus yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Pertama kali diterbitkan oleh
Mizan tahun 1983. Tahun di mana tengah terjadi pertarungan sengit
antarpemikiran serta ideologi komunis dan kapitalis saat itu. Tahun di mana
Islam Iran berhasil melakukan revolusi menumbangkan rezim Syah Iran pada 1979.
Dan tahun di mana agama, khususnya Islam, kerap dianggap sebagai embrio
lahirnya aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Karena itu, buku ini diberi judul “Islam Alternatif”, tetapi buku ini bukan ingin menampilkan atau menonjolkan Islam yang berbeda, melainkan sejenis pemahaman atas Islam sebagai alternatif terhadap pemikiran-pemikiran, filsafat-filsafat, dan ideologi-ideologi yang ada pada saat itu, sekaligus menawarkan alternatif baru pemahaman Islam yang lebih mendamaikan dan mencerahkan.
Melalui Islam Alternatif, Kiai Jalal hendak menunjukkan Islam
sebagai agama yang mempromosikan rahmat, keadilan, pembinaan masyarakat, ilmu
pengetahuan dan kemajuan, serta cinta kepada sesama manusia. Hal ini bisa
dilihat dari bab-bab yang disajikan dalam buku ini.
Bab pertama, berisi promosi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta.
Dalam hal ini, Kiai Jalal menjelaskan bahwa agama dapat berperan di masyarakat
bila agama itu melahirkan dimensi ideologis yang mendorong perubahan sosial.
Sebagaimana yang terjadi dalam agama Kristen di mana spirit kapitalisme lahir
dari etika Protestan (h. 47). Singkatnya, peran agama dalam masyarakat
tergantung bagaimana kita memandang peran agama. Agama tidak bisa berperan,
tetapi kita yang memberikan peran kepada agama (h. 49).
Ia juga menjelaskan bahwa peran agama dalam perspektif Islam adalah
untuk mengubah masyarakat dari berbagai kegelapan menuju cahaya. Artinya, Islam
datang untuk mengubah kualitas hidup menjadi lebih baik. Dan itu semua harus
dimulai dari dari individu untuk meningkatkan intelektual dan disusul dengan
perubahan institusional (h. 50). Jika hal ini dapat terjadi, maka promosi Islam
sebagai rahmat bagi alam semesta dapat dikatakan berhasil.
Bab kedua, Islam dipromosikan sebagai pembebas kaum mustad’afin,
orang-orang tertindas. Pertama-tama, Kiai Jalal menjelaskan bahwa secara
tegas dan eksplisit Al-Quran dan Sunnah berulang kali menyebut tugas umat Islam
yang utama adalah menolong dan membela kaum lemah (mustad’afin), bahkan
lebih utama dibanding ibadah Sunnah (h.70). Islam dianggap tidak hanya sebagai
agama yang mengajarkan tata cara ritual beribadah, tetapi juga liberating
force—suatu kekuatan pembebas umat manusia (h.73).
Lebih lanjut, Kiai Jalal menyebutkan bahwa kepemimpinan Rasulullah
merupakan teladan yang baik bagi pembebasan kaum mustad’afin. Pasalnya, Rasulullah
tidak hanya memilih menjadi pemimpin yang membebaskan manusia dari perbudakan
kepada berhala menuju penghambaan kepada Allah, tetapi juga membebaskan manusia
menuju tauhid al-ummah, menuju kesatuan umat yang berdasarkan keadilan
dan persamaan (h. 95).
Pada sub-bab berikutnya, Kiai Jalal juga menawarkan sebuah
alternatif jalan agar kaum mustad’afin ini terbebas dari kemiskinan,
yaitu dengan jalan sufisme. Namun demikian, Kiai Jalal menekankan bahwa sufisme
dapat berperan dalam mengatasi kemiskinan bila sufisme tetap merujuk pada
al-Quran dan Sunnah (h.114).
Bab ketiga, Islam dipromosikan sebagai agama yang berorientasi pada
pembinaan masyarakat. Dalam bab ini, Kiai Jalal mencoba memberi pemahaman
kepada kita bahwa Islam juga mengajarkan bagaimana seharusnya menjadi manusia
yang sempurna (insan kamil) dan menjadi masyarakat yang ideal. Melalui
ajaran tentang dakwah, cara membina keluarga, peran wanita dalam pandangan
Islam dan busana muslimah, Kiai Jalal memberikan gambaran utuh bagaimana Islam
sebagai agama sangat berorientasi pada kemasyarakatan.
Bab keempat, Islam dipromosikan sebagai agama rasional yang sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. Pertama-tama, Kiai Jalal
menjelaskan hubungan antara Islam, sains, dan teknologi, bahwa Islam mendorong,
membangkitkan, merangsang dan mengilhami penemuan sains dan teknologi (h.162).
Pada sub-bab berikutnya, Kiai Jalal menyebutkan pentingnya etika dalam
pengembangan sains sebagai pengawal moral. Dalam hal ini, Kiai Jalal menawarkan
etika Islam sebagai jalan menempuh sains yang berkeadaban.
Lebih lanjut, pada bab berikutnya dijelaskan bahwa al-Quran secara
eksplisit menyebut ilmu pengetahuan lebih utama dibanding ilmu fikih. Dan
karena itu, ilmu pengetahuan harus dikembangkan untuk melahirkan manusia
berilmu yang takut kepada Allah (h.225). Yang mana, pada akhirnya manusia
diharapkan menjadi manusia yang ulul-albab, yaitu seorang manusia yang
memiliki intelektual sekaligus ketakwaan, intelektual sekaligus kesalehan
(h.236).
Pada sub-bab terakhir, Kiai Jalal mengajak kita untuk menjadi
seorang intelektual Muslim. Intelektual Muslim yang memiliki tanggung jawab
untuk menghidupkan semangat persatuan di tengah umat yang terpecah hanya karena
perbedaan fikih, menjembatani madzhab yang ber-ikhtilaf, serta mencari
titik temu dari berbagai aliran pemikiran yang berkembang (h.245).
Bab kelima, Islam dipromosikan untuk memperkenalkan Islam lintas
madzhab dan aliran, termasuk di dalamnya tasawuf, yang oleh Kiai Jalal disebut
sebagai madzhab cinta. Pada bab terakhir ini, Kiai Jalal menjelaskan
sebab-sebab terjadinya perbedaan madzhab di kalangan umat Islam. Mulai dari
perbedaan penafsiran, perbedaan periwayatan hadis, hingga prosedur pengambilan
hukumnya. Dalam hal ini, Kiai Jalal mengajak kita untuk saling menghargai
perbedaan pendapat, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para imam madzhab
yang terdahulu.
Pada sub-bab selanjutnya, Kiai Jalal menjelaskan ideologi Syiah sebagai salah satu ideologi yang revolusioner, seperti yang pernah terjadi di Iran pada 1979. Kiai Jalal juga menjelaskan secara teoritis terkait ideologi Syiah, mulai dari imamah, syahadah, hingga membela kaum mustad’afin. Dan sub-bab terakhir berisi tentang tasawuf dalam perspektif Syiah.
C.
Orientasi Buku
1.
Kelebihan Buku
a. Buku
ini memuat analisis yang tajam dari fenomena-fenomena sosial yang terjadi di
masyarakat, khususnya permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi umat
Muslim disertai solusi-solusi dalam pemecahannya.
b.
Referensi
dan rujukan yang digunakan tidak sebatas dari pemikir-pemikir Islam, tetapi
juga dari pemikir-pemikir Barat, sehingga secara akademis buku ini kuat secara
teori dan kuat dari segi metodologi.
2.
Kekurangan Buku
Kekurangan
buku ini hanya satu, yaitu masih terdapat beberapa penulisan dan penggunaan
kata yang tidak tepat dengan kaidah tata bahasa Indonesia. Misalnya:
a. Penulisan kata Nabi dan Rasul. Harusnya huruf awal ditulis kapital,
tetapi ditulis kecil. Terdapat di halaman 53, 72, 75, 76, 82, 84, dan 125.
b. Penggunaan kata tetapi, tapi, dan namun. Harusnya kata tetapi atau
tapi digunakan sebagai konjungsi koordinatif, sehingga ia harus didahului oleh
koma, bukan titik. Kalau setelah titik lebih tepat menggunakan kata “Namun”
sebagai kata penghubung antarkalimat. Terdapat pada halaman 89, 94, 137, 139,
140, 164, 168, 169, 179, 214, 232, 238, 252, 253, 256, 258, 259, 261, 263, 266,
269, dan 284.
D.
Analisis Buku
Secara keseluruhan buku ini memang sangat luar biasa.
Menakjubkan!!! Pada intinya buku ini hendak menawarkan Islam sebagai solusi—di antara sistem yang dominan—bagi krisis
kemanusiaan dewasa ini. Lewat buku ini, Kiai Jalal secara apik memberikan
uraian yang renyah, gurih, dan enak dibaca, sekaligus memberi pemahaman baru
lewat interpretasinya terhadap Islam. Saya yakin, siapa pun yang membaca buku
ini akan mendapat suatu pencerahan dan perspektif baru yang menyegarkan pola
pikirnya.
Maka
dari itu, meskipun buku ini pertama kali terbit tahun 1983, tetapi isi dan
pesan rahmat, keadilan, dan cinta yang disampaikan oleh Kiai Jalal masih sangat
relevan dengan situasi, kondisi, dan realitas umat Islam saat ini. Saya yakin,
selama nilai-nilai Islam tersebut belum dapat diimplementasikan
oleh umat Islam, buku ini akan tetap relevan dan wajib dikaji oleh umat Muslim
yang ulul-albab. Bagi saya, buku “Islam Alternatif” sangat fenomenal.
Tak akan lekang oleh ruang dan zaman.
Comments
Post a Comment