PESAN RAHMAT, KEADILAN, & CINTA KH. JALALUDDIN RAKHMAT

 



 

Buku Islam Alternatif
Buku Islam Alternatif

A.    Identitas Buku

 

 

 

Judul Buku

:

Islam Alternatif: Menjelajah Zaman Baru

Penulis

:

KH. Jalaluddin Rakhmat

Penyunting

:

Yuliani Liputo

Edisi

:

Kedua

Penerbit

:

PT Mizan Pustaka

Tahun Terbit

:

Maret, 2021

Cetakan

:

I

Jumlah Halaman

:

309

Peresensi

:

Muhamad Fatihul Afham

 B.       Sinopsis/Isi Buku

Buku ini merupakan kumpulan tulisan makalah, ceramah, dan diskusi panel KH. Jaluddin Rakhmat (Kiai Jalal) yang pernah diselenggarakan di kampus-kampus yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Pertama kali diterbitkan oleh Mizan tahun 1983. Tahun di mana tengah terjadi pertarungan sengit antarpemikiran serta ideologi komunis dan kapitalis saat itu. Tahun di mana Islam Iran berhasil melakukan revolusi menumbangkan rezim Syah Iran pada 1979. Dan tahun di mana agama, khususnya Islam, kerap dianggap sebagai embrio lahirnya aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama.

Karena itu, buku ini diberi judul “Islam Alternatif”, tetapi buku ini bukan ingin menampilkan atau menonjolkan Islam yang berbeda, melainkan sejenis pemahaman atas Islam sebagai alternatif terhadap pemikiran-pemikiran, filsafat-filsafat, dan ideologi-ideologi yang ada pada saat itu, sekaligus menawarkan alternatif baru pemahaman Islam yang lebih mendamaikan dan mencerahkan. 

Melalui Islam Alternatif, Kiai Jalal hendak menunjukkan Islam sebagai agama yang mempromosikan rahmat, keadilan, pembinaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan kemajuan, serta cinta kepada sesama manusia. Hal ini bisa dilihat dari bab-bab yang disajikan dalam buku ini.

Bab pertama, berisi promosi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta. Dalam hal ini, Kiai Jalal menjelaskan bahwa agama dapat berperan di masyarakat bila agama itu melahirkan dimensi ideologis yang mendorong perubahan sosial. Sebagaimana yang terjadi dalam agama Kristen di mana spirit kapitalisme lahir dari etika Protestan (h. 47). Singkatnya, peran agama dalam masyarakat tergantung bagaimana kita memandang peran agama. Agama tidak bisa berperan, tetapi kita yang memberikan peran kepada agama (h. 49).

Ia juga menjelaskan bahwa peran agama dalam perspektif Islam adalah untuk mengubah masyarakat dari berbagai kegelapan menuju cahaya. Artinya, Islam datang untuk mengubah kualitas hidup menjadi lebih baik. Dan itu semua harus dimulai dari dari individu untuk meningkatkan intelektual dan disusul dengan perubahan institusional (h. 50). Jika hal ini dapat terjadi, maka promosi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta dapat dikatakan berhasil.

Bab kedua, Islam dipromosikan sebagai pembebas kaum mustad’afin, orang-orang tertindas. Pertama-tama, Kiai Jalal menjelaskan bahwa secara tegas dan eksplisit Al-Quran dan Sunnah berulang kali menyebut tugas umat Islam yang utama adalah menolong dan membela kaum lemah (mustad’afin), bahkan lebih utama dibanding ibadah Sunnah (h.70). Islam dianggap tidak hanya sebagai agama yang mengajarkan tata cara ritual beribadah, tetapi juga liberating forcesuatu kekuatan pembebas umat manusia (h.73).

Lebih lanjut, Kiai Jalal menyebutkan bahwa kepemimpinan Rasulullah merupakan teladan yang baik bagi pembebasan kaum mustad’afin. Pasalnya, Rasulullah tidak hanya memilih menjadi pemimpin yang membebaskan manusia dari perbudakan kepada berhala menuju penghambaan kepada Allah, tetapi juga membebaskan manusia menuju tauhid al-ummah, menuju kesatuan umat yang berdasarkan keadilan dan persamaan (h. 95).

Pada sub-bab berikutnya, Kiai Jalal juga menawarkan sebuah alternatif jalan agar kaum mustad’afin ini terbebas dari kemiskinan, yaitu dengan jalan sufisme. Namun demikian, Kiai Jalal menekankan bahwa sufisme dapat berperan dalam mengatasi kemiskinan bila sufisme tetap merujuk pada al-Quran dan Sunnah (h.114).

Bab ketiga, Islam dipromosikan sebagai agama yang berorientasi pada pembinaan masyarakat. Dalam bab ini, Kiai Jalal mencoba memberi pemahaman kepada kita bahwa Islam juga mengajarkan bagaimana seharusnya menjadi manusia yang sempurna (insan kamil) dan menjadi masyarakat yang ideal. Melalui ajaran tentang dakwah, cara membina keluarga, peran wanita dalam pandangan Islam dan busana muslimah, Kiai Jalal memberikan gambaran utuh bagaimana Islam sebagai agama sangat berorientasi pada kemasyarakatan.

Bab keempat, Islam dipromosikan sebagai agama rasional yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. Pertama-tama, Kiai Jalal menjelaskan hubungan antara Islam, sains, dan teknologi, bahwa Islam mendorong, membangkitkan, merangsang dan mengilhami penemuan sains dan teknologi (h.162). Pada sub-bab berikutnya, Kiai Jalal menyebutkan pentingnya etika dalam pengembangan sains sebagai pengawal moral. Dalam hal ini, Kiai Jalal menawarkan etika Islam sebagai jalan menempuh sains yang berkeadaban.

Lebih lanjut, pada bab berikutnya dijelaskan bahwa al-Quran secara eksplisit menyebut ilmu pengetahuan lebih utama dibanding ilmu fikih. Dan karena itu, ilmu pengetahuan harus dikembangkan untuk melahirkan manusia berilmu yang takut kepada Allah (h.225). Yang mana, pada akhirnya manusia diharapkan menjadi manusia yang ulul-albab, yaitu seorang manusia yang memiliki intelektual sekaligus ketakwaan, intelektual sekaligus kesalehan (h.236).

Pada sub-bab terakhir, Kiai Jalal mengajak kita untuk menjadi seorang intelektual Muslim. Intelektual Muslim yang memiliki tanggung jawab untuk menghidupkan semangat persatuan di tengah umat yang terpecah hanya karena perbedaan fikih, menjembatani madzhab yang ber-ikhtilaf, serta mencari titik temu dari berbagai aliran pemikiran yang berkembang (h.245).

Bab kelima, Islam dipromosikan untuk memperkenalkan Islam lintas madzhab dan aliran, termasuk di dalamnya tasawuf, yang oleh Kiai Jalal disebut sebagai madzhab cinta. Pada bab terakhir ini, Kiai Jalal menjelaskan sebab-sebab terjadinya perbedaan madzhab di kalangan umat Islam. Mulai dari perbedaan penafsiran, perbedaan periwayatan hadis, hingga prosedur pengambilan hukumnya. Dalam hal ini, Kiai Jalal mengajak kita untuk saling menghargai perbedaan pendapat, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para imam madzhab yang terdahulu.

Pada sub-bab selanjutnya, Kiai Jalal menjelaskan ideologi Syiah sebagai salah satu ideologi yang revolusioner, seperti yang pernah terjadi di Iran pada 1979. Kiai Jalal juga menjelaskan secara teoritis terkait ideologi Syiah, mulai dari imamah, syahadah, hingga membela kaum mustad’afin. Dan sub-bab terakhir berisi tentang tasawuf dalam perspektif Syiah. 

C.      Orientasi Buku

1.      Kelebihan Buku

a.  Buku ini memuat analisis yang tajam dari fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, khususnya permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi umat Muslim disertai solusi-solusi dalam pemecahannya.

b.      Referensi dan rujukan yang digunakan tidak sebatas dari pemikir-pemikir Islam, tetapi juga dari pemikir-pemikir Barat, sehingga secara akademis buku ini kuat secara teori dan kuat dari segi metodologi.

2.      Kekurangan Buku

Kekurangan buku ini hanya satu, yaitu masih terdapat beberapa penulisan dan penggunaan kata yang tidak tepat dengan kaidah tata bahasa Indonesia. Misalnya:

a.   Penulisan kata Nabi dan Rasul. Harusnya huruf awal ditulis kapital, tetapi ditulis kecil. Terdapat di halaman 53, 72, 75, 76, 82, 84, dan 125.

b.    Penggunaan kata tetapi, tapi, dan namun. Harusnya kata tetapi atau tapi digunakan sebagai konjungsi koordinatif, sehingga ia harus didahului oleh koma, bukan titik. Kalau setelah titik lebih tepat menggunakan kata “Namun” sebagai kata penghubung antarkalimat. Terdapat pada halaman 89, 94, 137, 139, 140, 164, 168, 169, 179, 214, 232, 238, 252, 253, 256, 258, 259, 261, 263, 266, 269, dan 284. 

D.      Analisis Buku

Secara keseluruhan buku ini memang sangat luar biasa. Menakjubkan!!! Pada intinya buku ini hendak menawarkan Islam sebagai solusidi antara sistem yang dominanbagi krisis kemanusiaan dewasa ini. Lewat buku ini, Kiai Jalal secara apik memberikan uraian yang renyah, gurih, dan enak dibaca, sekaligus memberi pemahaman baru lewat interpretasinya terhadap Islam. Saya yakin, siapa pun yang membaca buku ini akan mendapat suatu pencerahan dan perspektif baru yang menyegarkan pola pikirnya.

Maka dari itu, meskipun buku ini pertama kali terbit tahun 1983, tetapi isi dan pesan rahmat, keadilan, dan cinta yang disampaikan oleh Kiai Jalal masih sangat relevan dengan situasi, kondisi, dan realitas umat Islam saat ini. Saya yakin, selama nilai-nilai Islam tersebut belum dapat diimplementasikan oleh umat Islam, buku ini akan tetap relevan dan wajib dikaji oleh umat Muslim yang ulul-albab. Bagi saya, buku “Islam Alternatif” sangat fenomenal. Tak akan lekang oleh ruang dan zaman.

Comments

Popular posts from this blog

Kemacetan dan Keadilan Sosial

Arsitektur Masjid dan Spiritualitas

Soesilo Toer Sang Teladan