Oleh:
Fuad Zen Malizy
Santri Futuhiyyah Mranggen Demak
Kicau burung yang begitu merdu, mentari yang mmeancarkan sinarnya menghampiri alam semesta ini. Hari yang cerah, secerah hati seseorang yang sedang menikmati indahnya pagi hari. Ali ilham briliant fikri nama panjangnya, ia akrab dipanggil fikri oleh teman karibnya. Di tengah-tengah ramainya penjara suci yang tak terlepaskan dari berbagai macam aktifitas sang pengembara ilmu, terlintas dibenaknya sebuah angan-angan menuju masa depan. ”Mampukah diriku ini menjalani hidup, tanpa adanya pemberian dari orang tua?”. Pertanyaan demi pertanyaan pun muncul dalam fikirannya.
Tak terasa jarum jam menunjukkan pukul 06.45 WIB. Fikri segera menjalani aktifitasnya dihari libur. Memang hari jumat adalah hari libur sekolahnya, yang masih mengikut pada kalender hijriyah. Fikri mengawali harinya dengan mengisi perutnya dengan sepiring nasi pecel yang begitu pedasnya, secangkir kopi hangat, dan tak ketinggalan pula, sebatang rokok Djarum super yang selalu menemaninya dalam membuahkan inspirasi-inspirasi dan impian menuju masa depan. Setelah merasa cukup kenyang, fikri melanjutkan aktifitasnya, antara lain, mandi, mencuci, sholat dhuha dll. Setelah aktifitas rutinnya terselesaikan, giliran ia untuk istirahat. Terbesit dibenaknya lagi sebuah keinginan untuk pergi kewarnet. Tanpa pikir panjang dan keraguan, ia pun beranjak pergi ke warnet. Sesampainya diwarnet, fikri langsung memasuki sebuah bilik. Ia mengambil paket 2 jam.
Sebelum berjelajah kedunia maya, ia terlebih dahulu merefresh computernya, agar softwerenya kembali segar dan koneksinya lebih cepat. Masuklah ia ke dunia maya. Facebook, menjadi pilihan utama yang pertama ia jelajahi. Ia ketikan sebuah e-mail dan pasword pada halaman utama facebook. 28 permintaan pertemanan, 3 pesan dan 94 pemberitahuan telah menyambutnya. Sekitar 25 teman fikri difacebook sedang online. Satu persatu pemberitahuan itu, fikri buka. Dilanjut dengan membuka pesan. Satu pesan dari seseorang yang belum ia kenal, membuat ia bertanya terus pada dirinya sendiri. Ia buka dan baca secara perlahan. Ternyata, pesan tersebut berisi sebuah permohonan izin dari seseorang, bahwasanya ia ingin menjadikan fikri sebagai teman difacebooknya. Dengan segera, ia membalas pesan tersebut. ”Dengan senang hati, aku akan mengkonfirm permintaan pertemanan kamu”. Pindah halaman, ia buka halaman permintaan pertemanan. Ia dapati di monitor tersebut, sebuah nama bertuliskan “Khoirun Nisa”, ingin menjadi teman anda. Ia konfirm permintaan pertemanan tersebut. Merasa penasaran, ia klik nama tersebut, terpampang sebuah foto sosok wanita yang anggun, menawan, dengan balutan kerudung berwarna biru muda yang menutup mahkotanya.
Satu jam telah terlewatkan, teman obrolan fikri bertambah 10. Tak disangka nama khoirun nisa terdaftar dalam teman yang sedang online. Fikri awali dengan mengirim sebuah pesan untuk khoirun nisa dengan ucapan salam serta sapaan. Beberapa detik kemudian, nisa pun membalas salam tersebut. Fikri lontarkan pesan untuk yang kedua kalinya. ”Bolehkah kita ta’rufan...???” Nisa balas dengan kata-kata yang indah yang menarik hatinya. Tak terasa, 2 jam hampir selesai, hanya ia gunakan untuk mengobrol dengan seseorang yang belum fikri kenal. Perbincangan yang cukup lama, menambah keakraban dan kedekatan diantara mereka berdua. Dalam perbincangannya, fikri mendapat informasi tentang khoirun nisa secara langsung. Tak menyangka, ternyata khoirun nisa merupakan seorang santriwati yang mondok disebuah pesantren yang masih satu yayasan dengan pesantren fikri. Dengan rasa puas dan hati berbunga-bunga, fikri pulang dari warnet. Ia melakukan aktifitasnya di pesantren tak seperti biasanya, ”Entah?” Hari-harinya selalu diiringi sebuah pesan atau sebuah komentar di facebooknya, dari khoirun nisa. Akhir-akhir ini, fikri sering kali membuka facebooknya. Hari demi hari kedekatan mereka berjalan hampir 3 bulan.
Suatu hari, di Yayasan tempat mereka menimba ilmu, datang seorang tamu agung dari negeri Piramid, tepatnya Rektor Al-Azhar University. Dalam kunjungan tersebut, tiap sekolah diwakili oleh 10 orang siswa maupun siswi. Kebetulan, seorang Ali Ilham Brilliant Fikri dan Khoirun Nisa tersebut, adalah salah satu perwakilan dari sekolah masing-masing. Ditengah-tengah asyiknya season dialog interaktif dengan rektor tersebut, fikri mengacungkan jarinya, untuk mengajukan sebuah pertanyaan. Dengan Bahasa Arabnya yang mahir, suaranya yang lantang, rasa percaya diri yang tinggi, membuat seluruh audiens terpesona olehnya. Tak terkecuali juga, sosok khoirun nisa yang memperhatikan seorang ali ilham brilliant fikri, rasa kagum pun kini mengisi ruang hatinya.
Seiring berjalannya waktu, kedua insan tersebut semakin dekat dan akrab. Benih-benih cinta pun tertanam dalam hati seorang ali ilham brilliant fikri. Lama dan semakin lama, fikri pun tak kuasa menahan perasaan cintanya. Karena minimnya media komunikasi, dengan keputusan bulat, ia mengungkapkan perasaannya tersebut melalui pesan pribadi facebook tersayang-nya. Dengan bahasa yang indah dan penuh makna, ia ungkapkan perasaan yang telah menggemparkan hatinya. Satu hal yang ia garis bawahi yaitu: ”Fikri ingin memiliki seorang sahabat special dari kaum hawa, yang dapat memotivasi hidupnya. Dengan catatan masih dalam ranah ke-islam-an dan batas-batasannya." Begitulah sedikit kutipan ungkapan rasa cintanya. Kini, fikri menjalani hidupnya dengan penuh tanda tanya besar, antara diterima ataukah ditolak cintanya. Bayangan wajah anggun khoirun nisa, seakan-akan menari-nari dipelupuk matanya.
Dua minggu setelah mengungkapkan perasaannya, fikri sengaja meminjam HP dari salah seorang temannya, untuk membuka FB. Hatinya berdesir dan jantungnya berdebar-debar ketika ia membaca pesan dari khairun nisa. Di pesan tersebut tertulis bahwa, “Aku akan menerima cintamu, jikalau kamu hafal Alfiyah ibnu Malik 1002 bait." Dalam hati kecilnya ia berkata, “Demi cinta, aku akan melakukan apa saja, asalkan dalam hal kebaikan. Apalagi hanya menghafal 1002 bait Alfiyah ibnu Malik ini, isya allah bukanlah hal yang sulit bagiku." Rasa optimisnya membara. Setiap hari, mulut fikri tiada henti-hentinya melafadzkan nadhom alfiyah. Ia mentargetkan dalam seminggu harus hafal 50 bait alfiyah. Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulah pun silih berganti.
Selama 6 bulan lebih, ia gunakan untuk menghafal nadhom alfiyah tersebut, kini fikri berusaha untuk meraih cintanya. “Adik ku Khairun Nisa yang baik dan cantik, aku merasa telah memenuhi permintaan adik, untuk menjadi sahabat spesial buat adik. Hari ini, aku ingin mendengar langsung tutur kata adik yang manis, bahwa adik menerima cintaku”. Dengan jantung yang berdetak begitu kencang, fikri mengungkapkan kata-kata trsebut. ”Kakak ku Ali Ilham Brilliant Fikri yang begitu semangat mendapatkan cintanya, tak kalak aku memberikan persyaratan pada seseorang, jika aku tak memberi persyaratan pada diri aku sendiri. Hari ini aku menerima cinta kakak dengan persyaratan yang ada pada diri adik sendiri yang telah terselesaikan. Yaitu, adik telah menghafal Al-quran 30 juz”. Terungkap kata yang indah dari seeorang khairun nisa, keduanya saling menatap mata. Seakan, jiwanya terbang melayang jauh diangkasa luar.
Catatan:
Kisah atau cerita ini di buat sekitar tahun 2010-2012. Yang di latar belakangi oleh perkembangan media informasi kala itu berupa media sosial Facebook. Mengambil setting tempat di sebuah pesantren dan sekolah madrasah Aliyah.
Comments
Post a Comment