Dangdut Koplo: Karakter dan Kepribadian
Oleh: Fatihul Afham
Kesenian musik Jawa yang terasa halus nan kalem pada mulanya berkembang di wilayah keraton sebagai sebuah pencapaian budaya yang bernilai estetika tinggi. Pada perkembangan selanjutnya, musik berkembang luas tak hanya dilingkungan bangsawan keraton. Kesenian musik menjadi milik khalayak umum. Dari kalangan atas sampai bawah. Jenis musik yang berkembang mencirikan pencapaian budaya dan peradaban masyarakatnya. Budaya masyarakat dipengaruhi oleh faktor geografis. Pada masa awal kemerdekaan jenis musik yang berkembang masih kalem meliuk-liuk merdu seperti suara sinden. Keadaan geografis yang masih bisa dibilang alami, hijau nan adem menghidupkan jiwa yang lembut menentramkan. Bergeser zaman orba, dimana kran globalisasi dibuka, pembangunan digalakkan, jenis musik yang digandrungi masyarakat beralih pada keroncong. Menjelang akhir orba, berubah menjadi campursari. Awal Reformasi, kapitalisme, demokrasi dengan segala pabrik-prabriknya yang berkembang pesat di perkotaan menandai musik dangdut sebagai ekspresi kebebasan yang lebih keras. Sekarang, dimana neolib menjalar ke semua sudut desa di daerah Jawa, dangdut koplo menjadi mainstream dikalangan masyarakat Jawa khususnya Pantura. Lingkungan geografis yg panas, berdebu, berasap seperti pantura mempengaruhi kepribadian masyarakatnya menjadi keras dan kasar. Kesenian musik yang keras dan kasar seperti dangdut koplo adalah ungkapan dari kepribadian kolektif yang urakan, keras dan kasar pula. Bisa dilihat dari cara joget atau narinya. Beda jauh dengan tarian ala musik Jawa yang halus pada umumnya.
Comments
Post a Comment